Minggu, 31 Oktober 2010

A.STRUKTUR KARANGAN ILMIAH

Sebuah kerangka karangan mengandung rencana kerja, memuat ketentuan ketentuan pokok bagaimana suatu topik harus di perinci dan di kembangkan. Kerangka karangan menjamin suatu penyusunan yang logis dan teratur, serta memungkinkan seorang penulis membedakan gagasan-gagasan utama dari gagasan gagasan tambahan. Sebuah kerangka karangan tidak boleh diperlakukan sebagai suatu pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat mengalami perubahan dan perbaikan untuk mencapai suatu bentuk yang semakin lebih sempurna. Kerangka karangan dapat berbentuk catatan catatan sederhana, tetapi dapat juga berbentuk mendetil, dan di garap dengan sangat cermat .



Secara singkat dapat di katakan kerangka karangan adalah suatu rencana kerja yang memuat garis garis besar dari suatu karangan yang akan di garap .

B.MANFAAT KERANGKA KARANGAN

Mengapa metode ini sangat di anjurkan kepada para penulis, terutama kepada mereka yang baru mulai menulis ? Karena metode ini akan membantu setiap penulis untuk menghindari kesalahan- kesalahan yang tidak perlu dilakukan atau secara terperinci dapat dikatakan bahwa outline atau kerangka karangan dapat membantu penulis dalam hal – hal berikut :

1.Untuk menyusun karangan secara teratur .

2.Memudahkan penulis menciptakan klimaks yang berbeda – beda .

3.Menghindari penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih .

4.Memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu .

Kerangka karangan merupakan miniatur atau dari sebuah karangan. Dalam bentuk miniatur ini karangan tersebut dapat diteliti, di analisis, dan dipertimbangkan secara menyeluruh, bukan secara terlepas – lepas.

Dengan demikian : tesis / pengungkapan maksud = kerangka karangan = karangan = ringkasan .


C.PENYUSUNAN KERANGKA KARANGAN

Langkah – langkah sebagai tuntunan yang harus di ikuti adalah sebagai berikut :

1.Rumuskan tema

2.Mengadakan inventarisasi topik – topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi .

3.Penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah kedua di atas .

4.Untuk mendapatkan sebuah kerangka karangan yang sangat terperinci maka langkah kedua dan ketiga di kerjakan berulang – ulang untuk menyusun topik – topik yang lebih rendah tingkatannya .

5.Menentukan sebuah pola susunan yang paling cocok untuk mengurutkan semua perincian dari tesis atau pengungkapan maksud sebagai yang telah di peroleh dengan mempergunakan semua langkah di atas.


D.POLA SUSUNAN KERANGKA KARANGAN

Pola susunan yang paling utama adalah pola alamiah dan pola logis .

Pola Alamiah

Susunan atau pola alamiah adalah suatu urutan unit – unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata di alam. Sebab itu susunan alamiah dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu ( urutan kronologis ), urutan berdasarkan ruang ( urutan spasial ), dan urutan berdasarkan topik yang sudah ada .

a. Urutan Waktu ( kronologis )

Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap – tahap kejadian . Yang paling mudah dalam urutan ini adalah mengurutkan peristiwa menurut kejadiannya atau berdasarkan kronologinya.

Suatu corak lain dari urutan kronologis yang sering di pergunakan dalam roman, novel, cerpen, dan dalam bentuk karangan naratif lainnya, adalah suatu variasi yang mulai dengan suatu titik yang menegangkan, kemudian mengadakan sorot balik sejak awal mula perkembangan hingga titik yang menegangkan tadi .

Urutan kronologis adalah urutan yang paling umum, tetapi juga merupakan satu – satunya cara yang kurang menarik dan paling lemah .

b. Urutan Ruang ( Spasial )

Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini terutama di gunakan dalam tulisan – tulisan yang bersifat deskriptif .

c. Topik yang ada

Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu barang, hal, atau peristiwa suadh di kenal dengan bagian – bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau tidak mau bagian – bagian itu harus di jelaskan berturut – turut dalam karangan itu, tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi tanggapan atas bagian – bagiannya itu .

d.Pola Logis

Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan atau urutan logis . Urutan logis sama sekali tidak ada hubungan dengan suatu ciri yang inheren dalam materinya, tetapi erat dengan tanggapan penulis .

Macam – macam urutan logis yang dikenal :

1.Urutan Klimaks dan Anti Klimaks

Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi kedudukannya atau yang paling menonjol . Bila posisi yang paling penting itu berada pada akhir rangkaian maka urutan ini di sebut klimaks . Dalam urutan klimaks pengarang menyusun bagian – bagian dari topik itu dalam suatu urutan yang semakin meningkat kepentingannya, dari yang paling rendah kepentingannya, bertingkat – tingkat naik hingga mencapai ledakan pada akhir rangkaian .

Urutan yang merupakan kebalikan dari klimaks adalah anti klimaks . Penulis mulai suatu yang paling penting dari suatu rangkaian dan berangsur – angsur menuju kepada suatu topik yang paling rendah kedudukan atau kepentingannya .

2.Urutan Kausal

Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibat ke sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang kemudian di lanjutkan dengan perincian – perincian yang menelusuri akibat – akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah atau dalam membicarakan persoalan – persoalan yang di hadapi umat manusia pada umumnya .

Sebaliknya, bila suatu masalah di anggap sebagai akibat, yang di landaskan dengan perincian – perincian yang berusaha mencari sebab – sebab yang menimbulkan masalah tadi, maka urutannya merupakan akibat sebab .

3.Urutan Pemecahan Masalah

Urutan pemecahan masalah di mulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut . Sekurang – kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi, dan akhirnya alternative – alternative untuk jalan keluar dari masalah yang di hadapi tersebut .

Dengan demikian untuk memecahkan masalah tersebut secara tuntas, penulis harus benar – benar menemukan semua sebab baik yang langsung maupun yang tidak langsung bertalian dengan masalah tadi . Setiap masalah tersebut tidak bisa hanya terbatas pada penemuan sebab – sebab, tetapi juga harus menemukan semua akibat baik yang langsung maupun yang tidak langsung, yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kelak .

4.Urutan Umum – Khusus

Urutan umum – khusus terdiri dari dua corak yaitu dari umum ke khusus, atau dari khusus ke umum .

Urutan yang bergerak dari umum ke khusus pertama – tama memperkenalkan kelompok – kelompok yang paling besar atau yang paling umum, kemudian menelusuri kelompok – kelompok khusus atau kecil .

Urutan khusus – umum merupakan kebalikan dari urutan di atas. Penulis mulai uraiannya mengenai hal – hal yang khusus kemudian meningkat kepada hal – hal yang umum yang mencakup hal – hal yang khusus tadi, atau mulai membicarakan individu – individu kemudian kelompok – kelompok . Urutan ini merupakan salah satu urutan yang paling lazim dalam corak berpikir manusia .

Urutan umum – khusus dapat mengandunug implikasi bahwa hal yang umum sudah di ketahui penulis, sedangkan tugasnya adalah mengadakan identifikasi sejauh mana hal – hal yang khusus mengikuti pola umum tadi . Sebaliknya urutan khusus – umum dapat mengandung implikasi bahwa hal khusus maupun umum sama sekali belum di ketahui . Urutan umum – khusus ini sebenarnya dapat mencakup pula urutan sebab – akibat, klimaks, pemecahan masalah . Atau dapat pula mengambil bentuk klasifikasi, atau ilustrasi . Dalam ilustrasi mula – mula di kemukakan suatu pernyataan yang umum, kemudian di ajukan penjelasan – penjelasan dan bila perlu di kemukakan ilustrasi – ilustrasi yang dapat berbentuk contoh, atau perbandingan dan pertentangan.

5.Urutan familiaritas

Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu yang sudah di kenal, kemudian berangsur – angsur pindah kepada hal – hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam keadaan – keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan mempergunakan analogi.

6.Urutan akseptabilitas

Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal sudah di kenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui atau tidak oleh para pembaca.

Suatu hal yang perlu di tegaskan di sini sebelum melangkah kepada persoalan yang lain, adalah bahwa tidak ada keharusan untuk mempergunakan pola kerangka karangan yang sama dalam seluruh karangan. Konsistensi harus terletak dalam tingkatan serta satuan yang sama. Misalnya bila pada topik – topik utama telah di pergunakan urutan waktu ( kronologis ), maka pengarang harus menjaga agar hanya topik – topik yang mengandung urutan waktu saja yang dapat di sajikan dalam topik utamanya. Satuan – satuan topik bawahan dapat mempergunakan urutan lain sesuai dengan kebutuhannya.

E.MACAM-MACAM KERANGKA KARANGAN

Macam – macam kerangka karangan tergantung dari dua parameter yaitu : berdasarkan sifat perinciannya, dan kedua berdasarkan perumusan teksnya.

E.1.Berdasarkan Perincian

Berdasarkan perincian yang di lakukan pada suatu kerangka karangan, maka dapat di bedakan kerangka karangan sementara ( informal ) dan kerangka karangan formal.

a.Kerangka Karangan Sementara

Kerangka karangan sementara atau informal merupakan suatu alat bantu, sebuah penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitian kembali guna mengadakan perombakan – perombakan yang di anggap perlu. Karena kerangka karangan ini hanya bersifat sementara, maka tidak perlu di susun secara terperinci. Tetapi, karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan, maka ia harus memungkinkan pengarangnya menggarap persoalannya secara dinamis, sehingga perhatian harus di curahkan sepenuhnya pada penyusunan kalimat – kalimat, alinea – alinea atau bagian – bagian tanpa mempersoalkan lagi bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian – bagiannya.

Kerangka karangan informal ( sementara ) biasanya hanya terdiri dari tesis dan pokok – pokok utama, paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka karangan semntara dapat berupa topik yang tidak kompleks, atau karena penulis segera menggarap karangan itu.

b.Kerangka Karangan Formal

Kerangka karangan yang bersifat formal biasanya timbul dari pertimbangan bahwa topik yang akan di garap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak bermaksud untuk segera menggarapnya.

Proses perencanaan sebuah kerangka formal mengikuti prosedur yang sama seperti kerangka informal. Tesisnya di rumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian di pecah – pecah menjadi bagian – bagian bawahan ( sub – ordinasi ) yang di kembangkan untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Tiap sub – bagian dapat di perinci lebih lanjut menjadi bagian – bagian yang lebih kecil. Sejauh di perlukan untuk menguraikan persoalan itu sejelas – jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka karangan dapat mencapai lima atau tiga tingkat perincian sudah dapat di sebut kerangka formal.

Supaya tingkatan – tingkatan yang ada jelas kelihatan hubungannya satu sama lain, maka di pergunakan pula simbol – simbol dan tipografi yang konsisten bagi tingkatan yang sederajat. Pokok – pokok utama yang merupakan perincian langsung dari tesis di tandai dengan angka – angka Romawi : I, II, III, IV, dst. Tiap topik utama ( Tingkat I ) dapat di perinci menjadi topik tingkat II, yang dalam hal ini di tandai dengan huruf – huruf capital : A, B, C, D, dst. Topik tingkat II dapat di perinci masing – masingnya menjadi topik tingkat III yang di tandai dengan angka : 1, 2, 3, 4, 5 dst. Pokok bawahan tingkat IV di tandai dengan : a, b, c, d, dst., pokok tingkat lima di tandai dengan ( 1 ), ( 2 ), ( 3 ), dst. Sedangkan pokok bawahan tingkat VI, kalau ada, akan di tandai dengan huruf kecil dalam kurung ( a ), ( b ), ( c ), ( d ), dst. Tanda – tanda itu harus di tempatkan sekian macam sehingga mudah di lihat, misalnya seperti bagan di bawah ini

TESIS : …………………………………………………………………..

PENDAHULUAN …………………………………………………...

I. …………………………………………………………………………..

A. ………………………………………………………………………...

1.………………………………………………………………………….

a. ………………………………………………………………………….

( 1 ) ……………………………………………………………………...

( 2 ) ……………………………………………………………………...

b.………………………………………………………………………....

( 1 ) ……………………………………………………………………...

( 2 ) ……………………………………………………………………...

2.…………………………………………………………………………..

a.……………………………………………………………………….....

( 1 )…………………………………………………………………….....

( 2 ) ……………………………………………………………………....

b.………………………………………………………………………......

B. ……………………………………………………………………………

1.…………………………………………………………………………...

a.………………………………………………………………………......

( 1 ) …………………………………………………………………….....

( 2 ) …………………………………………………………………….....

b.………………………………………………………………………......

2.…………………………………………………………………………....

a.……………………………………………………………………….......

b.……………………………………………………………………….......

( 1 ) ……………………………………………………………………......

( 2 ) ………………………………………………………………………….

c.………………………………………………………………………….....

II.……………………………………………………………………………..

dst.

III.…………………………………………………………………………….

dst.

E.2.Berdasarkan Perumusan teksnya

Sesuai dengan cara merumuskan teks dalam tiap unit dalam sebuah kerangka karangan, maka dapat di bedakan kerangka karangan atas kerangka karangan kalimat dan kerangka karangan topik.

a.Kerangka Kalimat

Kerangka kalimat mempergunakan kalimat berita yang lengkap untuk merumuskan tiap unit, baik untuk merumuskan tesis maupun untuk merumuskan unit – unit utama dan unit – unit bawahannya. Perumusan tesis dapat mempergunakan kalimat majemuk bertingkat, sebaliknya untuk merumuskan tiap unit hanya boleh mempergunakan kalimat tunggal. Penggunaan kerangka kalimat mempunyai beberapa manfaat antara lain :

1.Memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topic yang akan di uraikan.

2.Perumusan topic – topic dalam unit akan tetap jelas, walaupun telah lewat bertahun-tahun.

3.Kalimat yang di rumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapa pun, seperti bagi pengarangnya sendiri.

b.Kerangka Topik

Kerangka topic di mulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap. Sesudah itu semua pokok, baik pokok – pokok utama maupun pokok – pokok bawahan, di rumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan kalimat yang lengkap. Kerangka topic di rumuskan dengan mempergunakan kata atau frasa. Sebab itu kerangka topic tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka kalimat. Kerangka topic manfaatnya kurang bila di bandingkan dengan kerangka kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan kerangka karangan itu dengan penggarapannya cukup lama.

Kerangka topik mengikuti persyaratan yang sama seperti sebuah kerangka kalimat, misalnya dalam pembagiannya, penggunaan simbol, sub – ordinasinya, dan sebagainya.

F.SYARAT - SYARAT KERANGKA YANG BAIK

Terlepas dari besar – kecilnya kerangka karangan yang di buat, tiap kerangka karangan yang baik harus memenuhi persyaratan – persyaratan berikut :

1.Tesis atau Pengungkapan maksud harus jelas

Tesis atau pengungkapan maksud merupakan tema dari kerangka karangan yang akan di garap. Sebab itu perumusan tesis atau pengungkapan maksud harus di rumuskan dengan jelas dalam struktur kalimat yang baik, jelas menampilkan topic mana yang di jadikan landasan uraian dan tujuan mana yang akan di capai oleh landasan tadi. Tesis atau pengungkapan maksud yang akan mengarahkan kerangka karangan itu.

2.Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan

Karena tiap unit dalam kerangka karangan, baik unit atasan maupun unit bawahan, tidak boleh mengandung lebih dari satu gagasan pokok, maka akibatnya tidak boleh ada unit yang di rumuskan dalam dua kalimat, atau dalam kalimat majemuk setara, atau kalimat majemuk bertingkat, atau dalam frasa koordinatif. Bila ada dua atau tiga pokok di masukkan bersama – sama dalam satu simbol yang sama, maka hubungan strukturnya tidak akan tampak jelas. Bila terjadi hal yang demikian maka unit itu harus segera di revisi. Bila kedua gagasan itu berada dalam keadaan setara, maka masing – masingnya harus di tempatkan dalam urutan simbol yang sama derajatnya. Bila terdapat gagasan – gagasan yang tidak setara, maka ide – ide yang berbeda tingkatnya itu harus di tempatkan dalam simbol – simbol yang berlainan derajatnya.

Pokok – pokok dalam kerangka karangan harus di susun secara logis

Kerangka karangan yang di susun secara logis dan teratur mempersoalkan tiga hal, yaitu :

(1) apakah tiap unit yang lebih tinggi telah di perinci secara maksimal

(2) apakah tiap perincian mempunyai hubungan langsung dengan unit atasan langsungnya

(3) apakah urutan perincian itu sudah baik dan teratur

Harus Mempergunakan Pasangan Simbol Yang Konsisten,

Penggunaan pasangan simbol yang konsisten mencakup dua hal yaitu pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit – unitnya, tipografi yaitu penempatan angka dan huruf penanda tingkatan dan teks dari tiap unit kerangka karangan.

Pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit – unit kerangka karangan biasanya mengikuti konvensi berikut :

(1) Angka Romawi : I, II, III, IV, dsb. Di pakai untuk Tingkatan pertama.

(2) Huruf Kapital : A, B, C, D, dsb. Di pakai untuk Tingkat ke dua.

(3) Angka Arab : 1, 2, 3, 4, dsb. Di pakai untuk menandai Tingkat ke tiga.

(4) Huruf Kecil : a, b, c, d, e, dsb. Di pakai untuk menandai tingkat ke empat.

(5) Angka Arab dalam kurung : (1), (2), (3), (4), dsb. Di pakai untuk menandai tingkat ke lima.

(6) Huruf kecil dalam kurung : (a), (b), (c), (d), dsb. Di pakai untuk menandai tingkatan ke enam.

Sebaliknya konvensi yang menyangkut tipografi adalah : semakin penting atau tinggi sebuah unit, semakin ke kiri tempatnya. Semakin berkurang kepentingan unitnya, semakin ke kanan tempatnya.

Namun ada satu hal yang tidak boleh di lakukan yaitu merubah nilai simbol – simbol itu di tengah – tengah kerangka karangan. Pokok – pokok yang memiliki kepentingan atau tingkatan yang sama harus mempergunakan simbol yang sama, sedangkan pokok – pokok yang berbeda kepentingannya tidak boleh mempergunakan simbol tadi.

sumber :http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/struktur-karangan-ilmiah/

Selengkapnya...

dunia sudah sangat maju dalam bidang teknologi komputer & internet.Hampir seluruh dunia merasakannya.
termasuk indonesia,walaupun bisa di bilang indonesia belum benar-benar merata,
namun di beberapa propinsi,sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. hal ini sudah banyak di bahas di berita,koran,tulisan-tulisan dari para penulis dsb.

tapi sempatkah terpikir oleh anda bahwa di wilayah indonesia yang sudah merata sekalipun,masih banyak yang belum merasakan sepenuhnya secara langsung teknologi komputer?



sederhananya cukup satu unit komputer.yang saya maksud adalah apakah seluruh lapisan masyarakat bisa menikmatinya?sekalipun itu hanya meminjam atau mencoba sebentar?mungkin ekonomi menengah ke bawah tidak bisa membeli,tapi mereka punya syarat.bisa melihat,mendengar dan menggunakan tangan nya untuk melakukan akittifitas pada suatu unit komputer.lalu bagaimana untuk para penyandang cacat?apa mereka benar-benar tidak berhak karena keterbatasannya?itu sungguh tidak adil,mengapa hanya yang "bisa" yang boleh?mengapa mereka sangat dibatasi karena alasan yang mungkin bisa di pecahkan bersama?

belum lama telah diberitakan di TV dan koran,adanya cara baru untuk tunanetra menggunakan unit komputer untuk mengetik suatu file atau surat.
terlihat beberapa kelengkapannya yaitu:
-1 laptop/notebook
-keyboard khusus(tidak menggunakan keyboard default yang ada di laptop/notebook)
-speaker/headset.
dengan kondisi ini,tentu masih banyak keterbatasan tunanetra untuk bisa menggunakan teknologi tersebut.

saya akan coba membuat gadget bernama"inew-headset LCD portable",yaitu headset dengan tambahan kabel sekitar 100-140 cm yang tersambung dengan miniave yaitu benda dari bahan plastik yang biasa digunakan untuk membuat keyboard/mouse,
miniave tersebut berukuran kira-kira 25cm x 35 cm,miniave tersebut berisi tombol dengan huruf timbul dan sensor ,dengan kelengkapan beberapa port untuk headset tambahan,dan port mini LCD (untuk output visual).

fungsinya mugkin masih belum terlalu luas ,tapi setidaknya para user bisa lebih luas menjangkau teknologi komputer.cara kerja nya yaitu dengan membaca tombol dan sensor yang di kehendaki user ,misalnya saat tombol power dinyalakan,user(tunanetra) bisa mandiri masuk ke windows tanpa di tuntun lagi ,karena sudah terdengar adanya starting up windows ,user hanya tinggal menekan tombol "S" timbul,untuk membuka start menu.dan pasti nya tidak akan salah karena saat tombol di tekan ,bukan hanya huruf timbul yang membantu user ,tapi suara"es"juga ikut terdengar.Saat start menu terbuka ,akan ada pilihan menu lagi,user hanya tinggal memilih menu yang di kehendaki,jika user tidak tahu terdapat menu apa saja ,user hanya tinggal menekan "O",dan system akan menyebutkan menu-menu tersebut .

inew ini bisa digunakan untuk mengetik file,surat dan jika ingin memberi nama file ,tinggal gerakan dua jari bersamaan pada sensor dan sebutkan nama lewat mic yang ad di headset.Bisa juga untuk mendengarkan musik,menelpon(dengan jaringan GSM ,card di pasang di slot miniave),dan main game.pastinya bukan game biasa ,tapi game-game khusus yang fokus dengan pendengaran dan daya ingat mendengar,game ini belum tentu bisa di mainkan oleh para user normal.sejauh ini mini LCD, hanya untuk setting inew tersebut oleh tutor atau bisa juga untuk mengecek pekerjaan para usernya ,jika file yang di ketik ingin di cek kembali dengan output visual.Dan mungkin baru itu fungsi-fungsi utama inew .

semua sensor dan tombol-tombol shortcut ,harus di setting dari awal dengan bantuan tutor,sampai user terbiasa dan hafal sehingga user leluasa dan tidak merasa dibatasi dalam penggunaan teknologi komputer.

fungsi nya hampir sama dengan laptop yang saya bahas di atas ,hanya saja inew headset LCD ini portable dan memang di khususkan untuk para user tunanetra.


terima kasih ,


Selengkapnya...

follow me on twitter

MY YAHOO!

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.