Senin, 04 April 2011

TEMPO Interaktif, Pekan depan, pada 19 Maret 2011, bulan akan berada di orbit terdekat dengan bumi, fenomena ini kerap disebut Supermoon. Pada tanggal tersebut, Bumi dan bulan berjarak 356.577 kilometer.


Para penganut teori konspirasi menyebutkan Supermoon bisa menyebabkan Moonageddon atau bencana besar, seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.Supermoon sebelumnya terjadi 1955, 1974, 1992 dan 2005. Di tahun tersebut ada peristiwa cuaca ekstrim atau bencana alam.Tsunami yang membunuh ratusan ribu orang di Indonesia juga terjadi dua minggu sebelum Supermoon pada Januari 2005. Kemudian, pada Natal 1974, topan Tracy menghancurkan Darwin, Australia.




Pada hari ini, Jumat (11/3) juga terjadi bencana gempa bumi 8,9 skala richter di Jepang. Gempa besar yang disusul tsunami 10 meter tersebut merenggut delapan nyawa. Namun Pete Whaler, ilmuwan dari International Centre for Radio Astronomy tak percaya hal tersebut. "Tidak akan ada gempa bumi atau letusan gunung berapi kec

TEMPO Interaktif, Pekan depan, pada 19 Maret 2011, bulan akan berada di orbit terdekat dengan bumi, fenomena ini kerap disebut Supermoon. Pada tanggal tersebut, Bumi dan bulan berjarak 356.577 kilometer.
menyebutkan Supermoon bisa menyebabkan Moonageddon atau bencana besar, seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.

Supermoon sebelumnya terjadi 1955, 1974, 1992 dan 2005. Di tahun tersebut ada peristiwa cuaca ekstrim atau bencana alam.Tsunami yang membunuh ratusan ribu orang di Indonesia juga terjadi dua minggu sebelum Supermoon pada Januari 2005. Kemudian, pada Natal 1974, topan Tracy menghancurkan Darwin, Australia.

Pada hari ini, Jumat (11/3) juga terjadi bencana gempa bumi 8,9 skala richter di Jepang. Gempa besar yang disusul tsunami 10 meter tersebut merenggut delapan nyawa. Namun Pete Whaler, ilmuwan dari International Centre for Radio Astronomy tak percaya hal tersebut. "Tidak akan ada gempa bumi atau letusan gunung berapi kecuali karena memang itu sudah ditakdirkan," kata dia.

Pernyataan Whaller didukung oleh astronom Australia, Simon O'Toole. "Menurut saya, kemungkinan terjadi bencana akibat Supermoon sama seperti kemungkinan dunia akan kiamat pada 21 Desember tahun depan," kata dia. Astrolog Amerika Serikat, Richard Nolle berbeda pendapat. Menurut dia, percaya atau tidak, faktanya, Supermoon terkait beberapa bencana besar yang terjadi. "Cuaca ekstrim, gempa bumi, badai besar," kata Nolle kepada Radio ABC.

Nolle juga mengatikan fenomena Supermoon yang akan terjadi pekan depan dengan gempa besar di Christchurch, Selandia Baru pada 22 Februari lalu. Dia juga menghubungkan dengan gempa bumi di Turkmenistan pada 1948, erupsi Gunung Pinatubo di Filipina pada 1991 dan badai Katrina pada 2005 di Amerika Serikat.

sumber:tempointeraktif.com
Selengkapnya...

Manusia bermimpi menjelajah luar angkasa melampaui Bulan. Bahkan, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama punya target, pertengahan 2030-an, kita bisa mngirim astronot ke orbit Mars.Mimpi Obama tidak hanya sampai di orbit, dia berharap bisa mengirim manusia pertama yang akan menginjakkan kaki di Mars.


Namun, sejumlah ilmuwan baru-baru ini mengingatkan bahwa mengirim orang ke Planet Merah bisa berbahaya. Sebab perjalanan luar angkasa dalam waktu panjang akan melelahkan fisik para astronot. Dari berbagai kajian para ilmuwan menemukan bahwa para astronot akan kehilangan setengah dari kekuatan ototnya dalam misi ke mars itu.


Contohnya, jika astronot yang ke Mars berusia antara 30 sampai 50 tahun, saat pulang ke Bumi, kekuatan otot mereka setara dengan kakek-kakek usia 80 tahun. Jika sudah begitu, risiko perjalanan ke mars itu kian besar.


Tim peneliti yang dipimpin Robert Fitts, profesor biologi di Marquette University di Milwaukee, Wisconsin, mengambil sampel jaringan dari betis sembilan astronot AS dan Rusia yang menghabiskan waktu enam bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Biopsi yang diambil 45 hari sebelum peluncuran dan sebelum kembali ke Bumi menunjukkan berhentinya pertumbuhan sel di area nol gravitasi.

Profesor Fitts menegaskan bahwa kehilangan massa serat dalam sel, juga kekuatannya, bisa diterjemahkan dengan penurunan lebih dari 40 persen kapasitas kerja fisik.

Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) merancang perjalanan ke Mars dengan menggunakan teknologi roket saat ini, membutuhkan waktu tiga tahun -- termasuk masa tinggal setahun di Mars.

Jika demikian, penurunan otot-otot yang paling terkena dampak seperti betis bisa mendekati 50 persen. Saat kembali ke gravitasi Bumi, mereka akan sangat lemah, bahkan tidak mampu mengevakuasi diri saat kondisi darurat.Laporan ini telah diterbitkan secara online dalam The Journal of Physiology -- versi cetaknya akan terbit bulan depan.

Kehilangan kekuatan otot telah diteliti sebelumnya dalam ilmu medis luar angkasa -- namun ini analisis pertama terkait misi dalam jangka waktu lama.Meski demikian, Fitts mengatakan hasil dari tes ini tak seharusnya menghalangi manusia dari penjelajahan luar angkasa. Sebab, lanjutnya, "Tanpa eksplorasi, kita akan mandeg dan gagal untuk meningkatkan pemahaman kita tentang alam semesta."

Hasil penemuan ini menunjukkan pentingnya latihan kebugaran bagi astronot -- baik di Bumi maupun saat mereka melakukan perjalanan.Selain itu penurunan kebugaran tubuh itu, astronot juga berisiko menderita sakit kanker sebagai akibat dari kerusakan DNA dari radiasi kosmik, hilangnya kepadatan tulang, dan tekanan mental akibat keterasingan.

Juni lalu, enam orang dari Eropa, Rusia dan Cina rela dikurung 520 hari untuk menjalani simulasi misi ke Mars.Percobaan selama 520 hari itu merepresentasikan 250 hari untuk perjalanan ke Mars, 240 hari untuk kembali ke Bumi, dan 30 hari tinggal di permukaan Mars.

sumber :vivanews.com

Selengkapnya...

follow me on twitter

MY YAHOO!

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.