Rabu, 23 Desember 2009

YOGYAKARTA - Situs kuno yang ditemukan di wilayah kampus terpadu Universitas Islam Indonesia (UI) di Jalan Kaliurang Km 14.4 Sleman, Yogyakarta, dipastikan merupakan candi kuno.
Hal ini menepis dugaan awal yang menyebutkan situs itu sebagai tempat pemandian atau petirtaan.

Sebelumnya, penggalian artefak di wilayah kampus itu berhasil menemukan temuan baru. Proses eskavasi yang dimulai sejak Sabtu 19 Desember lalu hingga hari ini telah menemukan sebuah arca Ganesha dan Lingga Yoni.

Dengan penemuan terbaru itu maka dapat dipastikan bahwa candi yang berada lokasi pembangunan perpustakaan UII dipastikan peninggalan agama Hindu.

Saat ditemui di lokasi penemuan, Selasa (22/12/2009), Ketua Pokja Pemugaran Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Yogyakarta Budhy Sancoyo menyatakan, penemuan tersebut menjadikan kepastian bahwa candi tersebut merupakan candi Hindu.

”Dipastikan candi tersebut merupakan candi Hindu Syiwa,” katanya.

Budhy menambahkan, dalam penggalian secara manual kemarin, pihaknya bersama tim yang berjumlah 10 orang berhasil menggali bebatuan yang dianggap sebagai pagar utama candi.

Ukuran pagar tersebut lebar tutup pagar 50 cm dengan luas halaman utama 6x6 meter, serta pintu masuk berukuran 60 cm. ”Pada pagar candi utama di ujung sebelah barat ditemukan antefix atau segi tiga ganda sebagai hiasan sudut yang searah dengan antefix yang ditemukan di pagar yang berjarak tujuh meter dari pagar utama sebelumnya,” ungkapnya.

Meski benda berbentuk segi tiga ini telah ditemukan, tetapi tak bisa menjadi alat penentu dari peninggalan apakah candi ini dibuat pada masa Hindu atau Budha.

Dia memperkirakan proses ekskavasi memerlukan waktu dua pekan ke depan. BP3, ke depan akan memfokuskan mencari seperti apa bentuk candi sebenarnya. Selain itu juga akan digali untuk mengetahui kedalaman candi yang telah terkubur ratusan tahun tersebut.

Rektor UII Edy Suandy Hamid yang dihubungi secara terpisah menyatakan, kepastian situs itu sebagai candi harus dilihat signifikasinya sebagai suatu artefak, apakah betul-betul bernilai historis atau tidak.

”Jika memang harus dilindungi, maka pemerintah harus melestarikan dan menjaganya,” ujar guru besar ilmu ekonomi ini.

Menurutnya, jika memang perlu dikaji kemungkinan adanya candi lain di kompleks UII, maka harus ada pembicaraan yang serius antara pihak kampus dan pemerintah untuk menjaganya. ”Karena hal ini bisa beralih status, dari milik UII menjadi milik publik,” papar rektor kampus tertua di Indonesia ini.
(Nugroho Purbo/Koran SI/lsi)


sumber:okezone.com

0 komentar:

follow me on twitter

MY YAHOO!

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.